link untuk mendapatkan dollar gratis, klik dan buatlah akun ya

Minggu, 14 Maret 2010

Joseph Schumpeter: Kehidupan dan Pemikirannya

Kehidupan Schumpeter
            Schumpeter yang bernama panjang “Joseph Alois Schumpeter” berumur 67 saat meninggal dunia. Namun jasanya yang besar terhadap pemikiran ekonomi menjadikannya salah satu ekonom paling berpengaruh di abad ke-20.
            Schumpeter dilahirkan di Triesch, Moravia (bagian dari Austria-Hungaria, sekarang Trest di Republik Ceko). Ia merupakan murid yang luar biasa pintar dan sering dipuji oleh guru-gurunya. Ia memulai karirnya dengan mempelajari ilmu hukum di Universitas Vienna di bawah asuhan Eugen von Bohm-Bawerk di mana ia memperoleh gelar doctoral pada tahun 1906.
Tidak beberapa lama kemudian, setelah beberapa perjalanan belajar, ia menjadi professor ilmu ekonomi dan pemerintahan di Universitas Czernowitz pada tahun 1909, begitu pula di Universitas Graz pada tahun 1911, di mana ia menetap hingga perang dunia I.
Pada tahun 1919 hingga tahun 1920, dia menjadi Menteri Keuangan Austria yang sukses. Ia kemudian menjadi presiden bank swasta Biederman pada tahun 1920-1924. Sayangnya bank itu bangkrut pada tahun 1924.
Dari tahun 1925 hingga 1932, ia menjabat suatu posisi penting di Universitas Bonn, Jerman. Karena harus meninggalkan Eropa tengah akibat kemunculan kaum Nazi, di memutuskan untuk berangkat ke Harvard (dimana ia telah mengajar pada tahun 1927-1928 dan 1930), dan kembali mengajar dari tahun 1932 hingga 1950.
Selama tahun-tahunnya di Harvard, dia tidak dianggap sebagai guru yang sangat baik, namun dia memperoleh pengikut yang setia terhadap pemikirannya.
Menurut catatan, Schumpeter tidak begitu diakui di kalangan teman sejawatnya. Hal ini disebabkan karena anggapan bahwa pemikirannya yang kurang sesuai dengan pemikiran Keynesian yang sedang naik daun pada masa itu.
Schumpeter menginspirasi beberapa ekonom matematika pada masanya dan bahkan menjadi presiden Econometric Society (1940-1941). Padahal, Schumpeter bukan seorang ahli matematik, melainkan seorang ekonom yang mencoba mengintegrasikan pengertian sosiologi pada teori ekonominya. Jika ditilik dari masa sekarang ini, ide Schumpeter mengenai siklus bisnis dan perkembangan ekonomi memang tidak ditangkap oleh ilmu matematika pada masa itu. Setidaknya diperlukan sistem dinamik yang non-linear yang telah dibakukan untuk menangkapnya.
Pemikiran-pemikiran Schumpeter
            1. Originalitas Pemikiran Schumpeter
            Jika ekonom Austrian School seperti Hayek dan Mises merubah warisan dari guru mereka dengan cara mereka sendiri, Schumpeter mencoba lebih jauh dengan melepaskan diri dari batasan-batasan yang dibuat dalam hasil karya pendahulunya. Daripada sekedar mengembangkan dan memperkuat beberapa kecenderungan dalam tulisan pendahulunya, dia lebih terbuka pada pengaruh-pengaruh di luar Austria.
            Dalam hal ini, Schumpeter sangat berbuka pada pemikiran Walras yang dia kagumi sebagai seorang ekonom teoritis terbaik. Ia juga menyukai beberapa pengikut tradisi Anglo-Amerika, dimana ia memiliki kontak pribadi secara langsung.
            Ketika berumur dua puluhan, dia melepaskan pengaruh gurunya dengan mengembangakan teori bunga yang berbeda dengan Bohm-Bawerk. Lebih jauh lagi, Schumpeter juga melepaskan tradisi Austria dengan membentuk pendekatan umumnya sendiri, yang disebut sebagai salah satu toleransi metodologi. Pekerjaanya tidak hanya menyangkut pada jenis teori murni yang dibentuk oleh orang Austria sebelumnya, tetapi lebhi luas dan merefleksikan harapan yang tinggi yang diletakannya pada pada ilmu ekonomi matematika dan studi empiris berorientasi kuantitatif.
            Dia bahkan menyebutkan bahwa takdir memungkinkan untuk mengulang kembali pelajaran-pelajarannya, dia ingin menjadi seorang ahli sejarah ekonomi. Luasnya topik yang menjadi minatnya ditunjukkan dalam judul salah satu bab dalam bukunya Business Cycles, di mana ia tuliskan sebagai A Theoretical, Historical and Statistical Analysis of Capitalist Process.
            2. Karya-Karya Utama Schumpeter
Pemikiran Mengenai Pengaruh Entrepreneur dalam Perekonomian
Pada usianya yang masih dua puluhan, Schumpeter telah menemukan ide utama yang dikembangkannya menjadi kemudian di masa-masa mendatang, mulai  dari The Theory of Economic Development (1912, diterjemahkan pada tahun 1934) hingga Business Cycles (1939) dan Capitalism, Socialism and Democracy (1942) yang menggambarkan tentang pentingnya elite entrepreneur untuk perubahan dan pertumbuhan, untuk siklus bisnis, dan untuk keberlangsungan kapitalisme.
Unsur strategis dalam aktivitas Entrepreneur adalah inovasi, yaitu aplikasi dari ide-ide baru dalam tehnik dan organisasi yang Akan membawa perubahan-perubahan dalam fungsi produksi. Inovasi Akan mengerem siklus melingkar dari ekonomi stationer dan menghasilkan perkembangan ekonomi dengan posisi ekuilibrium baru pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi.
Dalam perekonomian yang dinamis jenis tersebut, akan muncul bunga, yang diintrepretasikan Schumpeter sebagai bagian dari “pajak” yang dibebankan pada entrepreneur oleh banker sebagai ganti dari adanya inflasi. Berbagai inovasi, yang dipaksa oleh imitator dan speculator akan membuat gerakan siklus.
Teori tentang kaum elite yang disebut entrepreneur tersebut didasarkan pada kontradiksi yang samar antara the mass and the elite. Baginya, kebanyakan agen ekonomi tersebut ditandai oleh kelemahan akan kompetensi dan keinginan:
Kebanyakan orang cenderung melakukan bisnis harian biasanya dan cukup melakukan itu saja. Kebanyakan waktu orang tersebut berada pada tanah yang licin dan usaha untuk berdiri tegak menguras energi mereka dan menghilangkan keinginan mereka untuk eksplorasi lebih jauh….(Lebih jauh, mereka tidak memiliki kekuatan dan keinginan untuk memikirkan berbagai hal. Pekerjaan sehari-hari mereka menekan mereka, organisasi dan pengaruh dari teman-teman mereka menimbulkan rantai yang tidak terputuskan. Ini adalah the masses (Schumpeter, 2002b, 412-13).
Bagaimanapun, Schumpeter secara jelas menuliskan hal berikut untuk menunjukkan perbandingan terhadap the masses.
Sebuah minoritas orang-orang dengan intelegensia yang lebih tinggi dan imaginasi yang lebih lancer percaya akan kombinasi-kombinasi baru…Kemudian ada minoritas yang lebih kecil – dan orang ini bertindak….Ini adalah jenis yang membenci hedonic equilibrium dan menghadapi resiko tanpa ketakutan. Ia tidak mempertimbangkan implikasi kesalahan yang mungkin terjadi padanya, atau memperdulikan apakah seseorang yang bergantung padanya akan kehilangan miliknya pada masa tua…Saat yang menentukan oleh sebab itu adalah energi dan bukan hanya rekaan (Schumpeter, 2002b)
Pengenalan akan kombinasi-kombinasi dari minoritas ini yang ditandai dengan surplus dari energi pikiran merupakan dasar dari teori Schumpeter mengenai perubahan ekonomi, dan kenyataan ini memberi banyak karakteristik mengenai periode bersejarah. Pada bagian awal dari periode, kemajuan terhenti karena seluruh agen ekonomi telah beradaptasi pada suatu sistem cara, kemudian entrepreneur pertama memulai pencarian energetic dan akhirnya melalui tingkat kerjasama dengan bantuan banker. Contoh yang terlihat adalah mereka menunjukkan banyaknya proyek tambahan dari entrepreneur, dan efek utama dari proyek ini adalah pertarungan dramatis dengan agen-agen yang menyukai cara-cara rutin. Jika entrepreneur sukses, beberapa anggota dari agen ekonomi menjadi bangkrut dan kehilangan pekerjaannya, sementera yang lain dipaksa untuk beradaptasi. Efek lain dari tindakan entrepreneur adalah sistem ekonomi menjadi begitu terganggu sehingga inovasi selanjutnya melebihi kemampuan dari orang-orang lainnya. Sebaliknya, akhir yang terjadi adalah munculnya sistem rutin yang baru, tetapi site mini menyediakan tempat untuk gelombang baru entrepreneurship dalam epos yang tidak berakhir.
Pemikiran Mengenai Siklus Bisnis/Business Cycles
Teori siklus bisnis memiliki peranan penting karena banyak orang yang mempercayai tentang keberadaanya. Namun kepercayaan ini bukanlah kepercayaannya yang permanen. Pada abad 19, siklus bisnis tidak dipikirkan sebagai siklus-siklus melainkan sebagai krisis-krisis yang menganggu perkembangan perekonomian yang mulus. Di tahun-tahun kemudian, ekonom dan non-ekonom mulai mempercayai berulangnya krisis-krisis tersebut, menganalisa bagaimana mereka dapat dipisahkan dan dihubungkan dengan struktur ekonomi yang berubah.
Secara Alami, tidak semua siklus ekonomi beroperasi dalam ukuran yang sama (the same yardstick). Klasifikasi berikut, yang pada awalnya diciptakan Schumpeter (1939), membedakan mereka berdasarkan durasinya (dasar ke dasar atau puncak ke puncak):
  • Siklus musiman – dalam setahun
  • Siklus Kitchin – tiga tahunan
  • Siklus Juglar – 9-10 tahunan
  • Siklus Kuznets – 15-20 tahunan
  • Siklus Kondratiev – 48-60 tahunan
Schumpeter juga menggambarkan “empat fase” dari suatu siklus: boom – resesi – depresi – Recovery (Pemulihan) Dimulai dari mean, boom merupakan kenaikan yang berlangsung hingga puncak dicapai; resesi merupakan penurunan dari puncak kembali ke mean. Depresi merupakan penurunan dari mean menuju dasar. Recovery merupakan kenaikan dari suatu dasar kembali ke mean. Dari mean, kita bergerak ke puncak lain yang merupakan awal dari siklus empat fase lainnya. Dalam hal ini, siklus dalam durasi apapun dapat digambarkan dengan empat fase tersebut – jika tidak fluktasi tersebut tidak benar-benar merupakan siklus.
      Kepercayaan dari ahli teori siklus bisnis yaitu bahwa ekonomi melalui gelombang aktivitas perekonomian. Bagaimanapun, apa yang benar-benar menyebabkan perekonomian menimbulkan aktivitas tersebut merupakan sumber dari perdebatan dan pemikiran imaginatif.
      Seperti semua ahli siklus bisnis lama, kita harus terbiasa pada beberapa fakta empiris. Pertama dan yang terpenting, bukti empiris menunjukkan bahwa selama abad 19, tingkat harga naik turun drastis sementara output lebih sedikit terkena fluktuasi. Oleh sebab itu, analisis awal dari ’siklus-siklus’ didasarkan terutama pada definisi mereka sebagai gerakan tingkat-tingkat harga dan bukan output. Akan tetapi, selama abad dua puluh, selain beberapa pengecualian, apa yang dikatakan siklikal merupakan gerakan dari output pada saat resesi dan depresi, output akan turun rendah, pada saat recovery dan boom, output akan meningkat. Oleh sebab itu, mendefenisikan siklus atau krisis sebagai gerakan dari output merupakan fenomena yang relatif baru.
Pemikiran mengenai Kapitalisme
Kejatuhan kapitalisme, yang diperkirakan oleh Schumpeter dalam “Capitalism, Socialism and Democracy” dan tidak seperti skema Marx, akan muncul sebagai hasil bukan dari kegagalan melainkan dari kesuksesan dari kapitalisme yang dikaitkan dengan takdir dari elite entrepreneur. Seperti yang dikatakan dalam analisis Max Weber, factor yang menentukan di sini adalah kebangkitan rasionalisme, yang membuat kapitalisme berkembang tetapi dihancurkan oleh serat-serat social yang terkandung di dalamnya.
Perusahaan semakin besar dan tidak lagi memiliki perasaan kemanusiaan, dan dengan skala yang besar tersebut, inovasi hingga sekarang merupakan hak dari pemimpin-pemimpin industri, menjadi depersonalized dan ditransformasi menjadi kegiatan administrasi rutin yang dilakukan oleh orang-orang bergaji daripada penerima keuntungan. Orang-orang yang digaji dan pemegang saham melepaskan properti pribadi dan kebebasan kontrak dari kerugian manajemen: kepemilikan yang dematerialized, defunctionalized tidak menghasilkan komitmen moral sebagaimana yang dilakukan bagian vital dari property.
Lebih lagi, kedudukan politik di atas, kelas lama yang berkuasa seperti aristokarasi, bangswaan dan raja-raja, menciptakan kekuatan politik dalam komunitas bisnis, suatu kelompok yang menurut Schumpeter tidak layak berkuasa karena kurangnya kualitas mistis yang berguna dalam memimpin orang lain. Dalam hal ini, Dorongan Schumpeter terhadap pengalaman continental Eropa dipatahkan, setelah adanya Road to Serfdom (1944) oleh Hayek, karena Hayek memvisualisasikan Negara yang kuat sebagai Negara yang menekan, bukan yang dikekang oleh tradisi demokrasi yang kuat.
Pemikiran Schumpeter mengenai Monopoli, Creative Destruction, dan Evolusi Perekonomian.
            Pujian Schumpeter terhadap entrepreneur juga mewarnai pandangannya terhadap monopoli, dimana ia meminta maaf, juga terhadap ekonomika Keynesian, dimana dia sangat menentang. Dia melihat kekuatan monopoli sebagai insentif yang pas dan reward yang tepat bagi entrepreneur yang berinovasi, yang akan menikmati kekuatan tersebut hanya pada jangka waktu yang terbatas, hingga itu dipatahkan dan digantikan dalam rantai “creative destruction” oleh monopoli dari innovator lainnya.
            Untuk alasan-alasan yang mirip, dan juga karena penolakannya secara umum untuk mengikuti pendapat umum “follow the crowd’, dia tetap menentang implikasi kebijakan dari ide-ide Keynes yang dianggapnya sebagai ancaman pada apa yang baginya tampak sebagai faktor pendorong dalam ekonomi, yaitu inisiatif swasta daripada kebijakan public.
            Pekerjaan Schumpeter membahas evolusi social dan ekonomi, dan dia menuliskan hasilnya dalam buku yang disebut Evolutionary Trilogy: The Theory of Economic Development, Business Cycles, dan Capitalism, Socialism, dan Democracy. Akan tetapi, masalah dari penelitian masa kini adalah ketidakmampuannya untuk mengintegrasikan analisis-analisis yang ditemukan dalam buku-buku ini. Bahkan, kita cenderung berspesialisasi dalam kerutinan ekonomi dan transformasi inovatif (perkembangan), dalam analisis kuantitatif mengenai evolusi gelombang ekonomi (siklus), atau dalam koevolusi antara kehidupan ekonomi dan kehidupan sosio-politis (Capitalism). Kekuatan utama dari analisis yang dilakukan Schumpeter, sebenarnya hanya bisa diperoleh dengan mengkombinasikan daerah studi lebih sistematis.
            Salah satu contoh utama dari pandangan luas Schumpeter mengenai proses ekonomi tertuang dalam konsepnya mengenai ‘creative destruction‘ atau penghancuran kreatif. Dapat dengan mudah ditunjukkan bahwa konsep tersebut menyebar pada seluruh trilogy evolusi, tetapi dia pertama kali menunjukkan konsep ini secara eksplisit dalam bukunya Capitalism:
      Poin penting untuk dimengerti saat menghadapi kapitalisme yaitu kita berhadapan dengan proses evolusioner…(hal itu merupakan proses) yang terus menerus merevolusi struktur ekonomi dari dalam (from within), senantiasa menghancurkan bagian lama, senantiasa menghasilkan bagian baru. Proses penghancuran kreatif merupakan fakta penting mengenai kapitalisme. Hal itu terkandung dalam kapitalisme dan harus dihadapi kapitalis yang ingin berlanjut (Schumpeter 1942, 82-83)
            Melalui konsep dari proses destruksi kreatif, Schumpeter secara efektif menjauhkan ide standar mengenai perubahan ekonomi. Pertama evolusi ekonomi bukan merupakan proses pertumbuhan sederhana dimana seluruh sektor dalam kehidupan ekonomi berekspansi secara seimbang. Sebaliknya, ditandai oleh kreasi yang baru dan penghancuran produk dan proses lama. Lebih jauh, banyak dari perusahaan yang muncul dan organisasi lain tidak meningkatkan kompetensi secara mulus dan mengganti area spesialisasi mereka. Akibatnya, sering kali mereka lenyap dalam proses evolusioner. Akhirnya, para pekerja yang kehilangan pekerjaan-pekerjaan mereka sering menghadapi tekanan yang berat dan kehilangna kesejahteraan (welfare loss) yang terlihat lebih jelas dari keuntungan jangka panjang dari evolusi kapitalis. Reaksi mereka meliputi tantangan permanent terhadap lembaga kapitalisme. Oleh sebab itu, proses destruksi kreatif merupakan konsep yang merefleksikan perjuangan kompetitif dan focus terhadap reaksi -reaksi pada kehilangan kesejahteraan sementara pada tingkat mikro dan makro.
            Meskipun konsep Schumpeter mengenai proses destruksi kreatif menggambarkan secara efektif pandangnnya mengenai evoulusi capitalist, namun terlalu umum untuk berbicara mengenai destruksi kreatif dalam literature strategi bisnis dan perubahan structural, masih merupakan pertanyaan terbuka apakah hal itu merupakan konsep yang operasional. Oleh sebab itu, Helmstadter dan Perlman (1996, 1) menyatakannya sebagai suatu slogan yang asal-asalan/careless yang sebaiknya tidak diperhitungkan:
            Schumpeter menulis pada tahun 1942 mengenai destruksi kreatif sebagai bagian utama dari kemajuan, namun pada tahun 1947 dia memikirkan kembali slogannya tersebut dan menggantinya sebagai ‘response kreatif’ sebagai ganti destruksi.
            Hal ini, meskipun demikian, mengindahkan fakta bahwa Schumpeter tidak pernah membuang visinya mengenai destruksi kreatif. Dalam tulisan pada tahun 1947, Schumpeter menekankan respons kreatif karena dia terlibat dalam pendirian Harvard Research Center dalam Sejarah Entrepreneur, tetapi ia masih mempertimbangkannya sebagai suatu akspek terbatas dari keseluruhan proses destruksi kreatif. Kurang dari dua bulan sebelum ia meninggal, di menjawab isu makroskopik mengenai siklus bisnis, dan saat itu ia harus kembali pada keseluruhan proses yang menghasilkan evolusi berbentuk gelombang. Dalam hubungan tersebut, Schumpeter (1949, hal. 326) menyatakan bahwa ‘kita harus meneliti berdasarkan sejarah, proses industri sebenarnya yang menghasilkannya dan dalam melakukannya merevolusi struktur ekonomi yang ada. Oleh sebab itu, ada sedikit keraguan bahwa ia akan terus berfokus pada ‘proses destruksi kreatif yang kita lihat sebagai inti dari kapitalisme’ (Schumpeter 1942, 104).
            Tiga Konsep Berbeda Mengenai Destruksi Kreatif
            Istilah ‘destruksi kreatif’ menjadi ambigu jika dipertimbangkan dalam isolasi dari konteks dimana Schumpeter menggambarkannya. Sebenarnya, kita dapat berpendapat bahwa ada paling sedikit tiga konsep destruksi kreatif tertentu, dan kita dapat menghubungkan konsep-konsep ini atas penemuan Sombart, Simon, dan Schumpeter.
            Makna harafiah dari konsep tersebut menyatakan ‘destruksi’ dalam beberapa aspek memiliki sifat ‘creative’. Sebenarnya, pandangan ini adalah milik Werner Sombar, anggota terkemuka dari German Historical School yang menggunakannya. Dia memakai konsep itu pada buku War and Capitalism, sehingga masalah destruksi menjadi jelas. Mengambil contoh tentang destruksi masal dari hutan Eropa, ia  menyatakan bahwa:
      Dari penghancuran, suatu jiwa kreasi muncul; kurangnya kayu dan keperluan hidup sehari-hari…mendorong penemuan substitutis terhadap kayu, memaksa penemuan substitusi dari kayu, memaksa penggunaan batu bara untuk memanaskan, memaksa penemuan koka untuk menghasilkan besi. Bahwa peristiwa-peristiwa ini memungkinkan perkembangan yang luar biasa dari kapitalisme pada abad 19, tidaklah diragukan oleh orang-orang yang berpengalaman (Sombart, 1913, 207; diterjemahkan oleh Reinert dan Reinert).
            Herbert Simon (1982) memiliki pendapat bahwa bukan destruksi sumber daya sebenarnya tetapi ancaman potensial terhadap keberlangsungan perusahaan yang menyebabkan perubahan dalam cara rutin. Menurut model Simon mengenai cara yang memuaskan, perusahaan-perusahaan mengikuti cara rutin selama mereka mampu mempertahankan performa yang memuaskan. Ketika hal tersebut tidak terjadi, misalkan karena tekanan kompetitif, mereak mulai pencarian inovatif maupun imitative untuk cara yang lebih baik. Jika sukses, mereka membuang cara lama mereka dan akibatnya mereka menghindari destruksi/kerusakan organisasi. Pandangan ini nampaknya sesuai dengan transformasi yang disebutkan mengenai cocok tanam masyarakat belanda pada abad Sembilan belas.
            Sedangkan menurut Schumpeter, kreasi merupakan kejadian yang relatif independen dan bukan merupakan response adaptif terhadap kekurangan atau tekanan lainnya. Oleh sebab itu, inoveasi enterepreneur muncul pertama kali, dan pengenalannya terhadap cara sistem ekonomi yang menyebabkan destruksi dari cara lama. Formulasi Schumpeter mengenai konsep destruksi kreatif dapat dihubungkan dengan skema analitis dari evolusi ekonomi yang dia formulasikan dalam Pembangunan dan Siklus. Menurut skema ini, evolusi dari cara perekonomian cenderung terjadi melalui rentetan kejadian-kejadian:
  • Initial equilibrium: titik awal analitik merupakan sistem perekonomian yang didasarkan pada Cara yang solid. Sistem ini diasumsikan memiliki equilibrium yang membiarkan agen ekonomi beroperasi dalam cara yang dibiasakan dari tahun ke tahun.
  • Inovasi: Equilibrium awal hancur ketika beberapa innovator memulai perusahaanya. Hal ini menciptkan kenaikan /upswing perekonomian, namun secara perlahan arus inovasi menghilang karena kurangnya ketrampilan inovasi dan kesulitan untuk berinovasi dalam kondisi yang diluar equilibrium awal.
  • Ekuilibrium yang dibaharui melalui destruksi kreatif: Pada akhirnya, keinginan besar untuk berinovasi tidaklah cukup untuk mempertahankan kenaikan. Penurunan mempertajam proses kompetitif dalam destruksi kreatif, dimana banyak perusahaan tua dipilih dari sistem ekonomi sedangkan yang lain bertahan dari cara lama yang merusak. Pada akhirnya, sistem cara yang dibaharui dan telah bertahan muncul.
  • Evolusi ekonomi sebagai proses destruksi kreatif: Evolusi ekonomi dari sistem cara terdapat dalam equilibria yang dibiasakan dan kerusakan inovatif yang menantang cara tersebut. Proses in menciptakan reaksi sosio-politis yang mungkin mengubah secara radikal fungsi masa depannya.
            Ringkasan dari skema Schumpeter mengenai evolusi ekonomi menunjukkan bahwa dia benar-benar hanya memiliki dua konsep yang berhubungan. ‘Destruksi kreatif’ adalah memilih dari perusahaan-perusahaan atau cara-cara mereka dengan tekanan dari inovasi. ‘Proses destruksi kreatif’ merupakan kombinasi dari seleksi ini dan aktivitas inovatif yang mendorong proses tersebut. Oleh sebab itu, konsep yang luas merupakan sinonim dari evolusi ekonomi yang menekankan karakternya yang dipengaruhi oleh konflik.
Pemikiran Schumpeter mengenai Koevolusi Perekonomian dan Sistem Sosio-Politik
            Sebelum Schumpeter menyelesaikan buku Cycles, dia menerima surat menanyakan mengenai studinya yang berorientasi sosiologis mengenai tujuan kapitalisme. Surat ini secara spesifik menanyakan tentang paragraph terakhir mengenai tulisannya mengenai ‘The Instability of Capitalism‘. Di sini Schumpeter (1982, 395) menekankan:
      Tidak ada hal apapun yang ditulis dalam paper selain fakta-fakta ekonomi dan masalah-masalahnya. Diagnosa yang ada, oleh sebab itu, tidak lebih dari cukup sebagai dasar dari prediksi daripada diagnosa dokter mengenai efek bahwa seseorang tidak memiliki kanker merupakan suatu dasar prediksi bahwa ia akan hidup selamanya. Kapitalisme, sebaliknya, dalam suatu proses transformasi menjadi sesuatu yang lain.
            Pertanyaan mengenai bagaimana cara untuk mempelajari proses transformasi, dan Schumpeter (2000, 309) menjawab bahwa meskipun dia tidak pernah melakukan analisis secara detail, dia telah ‘secara berulang-ulang berpikir mengenai hal itu dan membicarakannya dalam berbagai kesempatan. Lebih jauh, proyeknya dalam Cycles telah mendorongnya untuk bergerak maju:
      Bahwa jika seseorang berpikir mengenai siklus-siklus bisnis sebagai bagian tipikal dari evolusi kapitalis dan jika seseoran gmelihat dalam gerakan jangka panjang, yang kadang kala disebut revolusi industri, sebagai suatu jenis siklus, adalah alami untuk menghubungkan fenomena siklikal secara praktis dari seluruh ilmu ekonomi dan sosiologi dari masyarakat kapitalis (Schumpeter 2000, 309).
            Konsep destruksi kreatif dapat dipandang sebagai alat utama Schumpeter untuk menghubungkan ilmu ekonomi dan sosiologi dari masyarakat kapitalis. Argumennya yang terkenal yaitu bahwa meskipun konsekuensi dari proses evolusioner adalah kenaikan dari standar umum kehidupan, masalahnya yaitu reaksi sosio-politis terhadap kehilangan dan peroleh yang tiba-tiba. Reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh kenyataan bahwa kapitalisme masih meliputi instabilitas dari destruksi kreatif. Orang-orang yang kehilangan cenderung bereaksi dengan kebencian yang kuat dan melupakan isu dari perolehan jangka panjang. Reaksi sejenis itu mendorong pada gerakan pekerja, dan didukung oleh para intelektual dimana kekerasan meningkat atas setiap pencapaian dari evolusi kapitalis.
            Orang-orang yang memperoleh keuntungna dari destruksi kreatif, sebaliknya, tidak dipandang sebagai penahan yang efektif. Menurut Schumpeter entrepreneur dan kapitalis tidak penah menjadi penahan semacam itu, sehingga sistem kapitalis bertahan karena dukungan dari kelas lain seperti sisa-sisa dari feudalism, tetapi ‘strata yang menjaga’ ini telah dihancurkan (Schumpeter, 1942, 135-139). Lebih jauh, kekuatan pendorong dari evolusi ekonomi cenderung kehilangan kemampuannya. Perusahaan yang dikelola pemiliknya dan keluarga borjuis yang bersifat paternalistik -dengan keinginan jangka panjang mengenai keberadaan anak cucunya – mulai terpisah-pisah, dan ini mengurangi motivasi untuk kegiatan entrepreneur. Perusahaan besar mungkin tampak sebagai pengganti yang baik yang cenderung mengotomatisasi kemajuan’, tetapi itu juga ‘menggantikan entrepreneur dan mengkoroupsi borjuis. Oleh sebab itu, menjadi jelas bahwa para pelari sosialisme bukanlah intelektual atau demonstran yang mengkhotbahkannya melainkan Vanderbilts, Carnegies dan Rockefellers.
            Schumpeter menulis mengenai unsur-unsur ini dalam analisisnya mengenai pelemahan proses destruksi kreatif secara tiba-tiba setelah Great Depression dan selama Perang Dunia II, sehingga perspektif yang begitu suram dapat dimengerti. Meskipun demikian, banyak yang mencoba untuk menguji validitas dari prediksi Schumpeter.
            Deviasi dari pendapat yang diterima umum juga menggambarkan banyak halaman dari sejarah yang yang dipaparkan Schumpeter, dan muncul dalam History of Economic Analysis (1954). Pekerjaan ini dilakukan dengan pengetahuan yang sangat khusus, sangat jarang bahkan di awal standard di mana Ekonom lebih mampu mempelajari buku dari pada tehnik matematika daripada masa modern. Karya itu hanya dapat ditandindingi oleh kontribusi Hayek terhadap sejarah ide-ide dan Studies in theory of international trade (1937) karya Jacob Viner.

( sumber : www.garisgaris.wordpress.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar